Minggu, 06 Januari 2008

IT sebuah solusi? (Critical Review)

Makin pesatnya perkembangan teknologi informasi akhir-akhir ini membuat banyak organisasi dan perusahaan berusaha mengadopsi teknologi informasi yang terbaru untuk dapat memenangkan persaingan. Sekarang dalam era persaingan bisnis yang dinamis dan sangat cepat berubah, teknologi informasi tidak lagi dipandang sebagai pelengkap atau pendukung, akan tetapi sudah menjadi salah satu penentu bagi kesuksesan bisnis suatu perusahaan dengan syarat apabila adopsi ataupun penggunaan teknologi informasi tersebut dapat digunakan dengan maksimal dan dapat menjadi ”enabler” bagi perusahaan tersebut.

Teknologi informasi diaplikasikan dalam perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan membantu pencapaian kualitas, standar waktu, dan kepuasan baik bagi konsumen maupun karyawan, dimana dalam bisnis hal ini diwujudkan dalam sekumpulan sistem yang terdiri atas sistem informasi dan infrastruktur pendukungnya.

Salah satu solusi yang menjadi primadona bisnis pada saat ini adalah paket untuk mengelola sumber daya perusahaan secara keseluruhan atau yang umum dikenal dengan istilah Enterprise Resource Planning (ERP).

Apakah sebenarnya ERP ini?

Wawan Dewanto Falahah dalam bukunya yang berjudul ”Menyelaraskan Teknologi Informasi dengan Strategi Bisnis”, mencoba menjelaskan ERP berdasarkan 3 elemen kata yang membentuk akronim ERP itu sendiri yakni, Enterprise (perusahaan/organisasi), Resource (sumber daya) dan Planning (perencanaan), dimana ketiga elemen kata tersebut mencerminkan sebuah konsep yang berujung pada kata kerja, yaitu ”planning”, yang berarti ERP menekankan kepada aspek perencanaan. Secara lebih jelasnya lagi beliau mendefinisikan ERP adalah perencanaan yang terintegrasi di suatu organisasi atau perusahaan, bersifat lintas fungsional, terdiri atas berbagai fitur dengan tujuan agar dapat merencanakan dan mengelola sumber daya organisasi dengan lebih efisien dan dapat merespon kebutuhan pelanggan dengan lebih baik.

Beberapa definisi lain tentang konsep-konsep dasar ERP yang juga disebutkan dalam buku tersebut yaitu:

  • ERP terdiri atas paket software komersial yang menjamin integrasi yang mulus atas semua aliran informasi di perusahaan, meliputi keuangan, akuntansi, sumber daya manusia, rantai pasok, dan informasi konsumen.
  • Sistem ERP adalah paket sistem informasi yang dapat dikonfigurasi, yang mengintegrasikan informasi dan proses yang berbasis informasi di dalam, dan melintas area fungsional dalam sebuah organisasi.
  • Satu basis data, satu aplikasi, dan satu kesatuan antarmuka di seluruh enterprise.

Terdapat benang merah dari definisi-definisi diatas, yakni informasi yang terintegrasi, dimana setiap perusahaan atau organisasi yang menerapkan konsep ERP ini berusaha untuk menyatukan, mengintegrasikan informasi-informasi sumber daya di perusahaan dalam usahanya untuk membuat perusahaan atau organisasi menjadi lebih efisien dan mencapai suatu keunggulan kompetitif.

Software ERP

Dengan paradigma kebutuhan akan sistem informasi yang terintegrasi dan kebutuhan perusahaan akan ERP maka sekarang banyak perusahaan vendor ERP yang menawarkan atau menyediakan software-software ERP dengan berbagai fitur yang ditawarkan. Dari berbagai jenis software yang ditawarkan di pasar, terdapat beberapa vendor yang mendominasi pasar penyedia software ERP di dunia internasional misalnya: SAP, Oracle, IFS, MFG/PRO, dan beberapa software lain yang ditawarkan sebagai altenatif open source seperti Compiere, Openbravo dan lain-lain.



Perusahaan ini menawarkan paket sistem ERP yang biasanya terdiri dari sekumpulan modul-modul yang dapat mendukung berbagai fungsi dan proses perusahaan. Alur proses bisnis yang terjadi pada perusahaan secara umum merupakan satu siklus yang berkelanjutan mulai dari permintaan konsumen, pembuatan produk, penyerahan produk, penagihan, pembayaran dan layanan purna jual. Modul-modul ERP yang ditawarkan oleh para vendor tersebut dirancang untuk mendukung proses ini dengan cara mengintegrasikan data pada setiap tahapan proses tersebut. Modul-modul pada paket sistem ERP biasanya dirancang untuk terintegrasi satu sama lainnya, meskipun pada implementasinya perusahaan dapat memilih mengimplementasikan beberapa modul saja sesuai dengan keperluan perusahaan. Tidak semua modul terdapat pada paket aplikasi ERP yang ditawarkan oleh vendor, kelengkapan modul pada masing-masing paket sangat tergantung pada target konsumen dan perkembangan software yang dibuat oleh perusahaan tersebut. Perusahaan vendor ERP atau pembuat paket ERP menyediakan dukungan kustomisasi modul-modul tersebut sehingga memungkinkan implementasi yang fleksibel.

Penerapan ERP di Perusahaan

PT. Java Jati Visions Raya (Java Jati)

PT. Java Jati adalah salah satu perusahaan manufaktur furniture dan desain interior Indonesia yang berdiri pada tahun 1993. Produk-produknya dipasarkan baik untuk pasar lokal maupun internasional, terutama pasar Amerika Serikat dan Eropa. Didukung oleh sekitar 500 pekerja, Java Jati berkomitmen bahwa kepuasaan pelanggan adalah prioritas utama dan akan terus berupaya untuk selalu memberikan nilai tambah terbaik bagi kustomer serta memberikan layanan kustomer hingga ke tingkat maksimal. Java Jati telah mendapatkan sertifikat ISO 9001:2000 , Quality management System , CE and UL Certification. Perusahaan juga telah menerima sejumlah penghargaan, diantaranya adalah Best Exhibit Award dari the International Singapore Furniture Fair pada tahun 2004.

Tantangan bisnis

Sebagai perusahaan yang telah berkembang selama bertahun-tahun, hal yang penting bagi Java Jati untuk mengimplementasikan solusi terintegrasi guna mendapatkan kontrol yang lebih baik di seluruh proses internal dan menyediakan tingkat layanan yang maksimal kepada kustomer.

Sistem teknologi informasi yang telah terpasang sebelumnya tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan yang telah tumbuh, dan malah melahirkan sejumlah masalah. Salah satu contohnya adalah, seringkali departemen pemasaran dan produksi tidak terintegrasi, sehingga sering memunculkan data-data yang tidak akurat. Akibat lebih jauh yang ditimbulkan dari ketidakakuratan data adalah, menyebabkan keterlambatan dalam waktu penghantaran, sehingga memunculkan berbagai keluhan dari para pelanggan.

Solusi

Untuk menghadapi tantangan bisnis tersebut Java Jati memilih SAP yang memberikan solusi SAP Business One (SBO) yang memiliki kemampuan material requirements planning (MRP), suatu fitur baru untuk mengelola perencanaan sebagai suatu elemen yang terintegrasi secara penuh. Versi terbaru SAP Business One tersebut mampu menghapuskan kebutuhan bisnis untuk mengelola berbagai aplikasi yang terisolasi satu dengan yang lain dengan menyediakan software tunggal dan terintegrasi yang mampu memberikan suatu pandangan seragam atas up-to-the minute information.

Kenapa Memilih SAP Business One?

Setelah melalui perbandingan secara mendalam dengan solusi serupa yang ada dipasar, Java Jati melihat bahwa SAP Business One memberikan nilai terbaik dari segi keuangan. Hari Selasa (26/4/2005) perusahaan tersebut mengumumkan secara resmi penggunaan SAP Business One, suatu solusi SAP dengan harga terjangkau dan mudah di gunakan bagi perusahaan SMB (small and midsize businesses).

Saya berharap dengan para kustomer” kata Farry Tandean MSCS MSEE, Direktur Java Jati. Farry optimis implementasi SAP Business One akan mempercepat perusahaan untuk mencapai tujuan, tumbuh dengan memperluas penetrasi pasar ke sejumlah negara-negara kecil di Eropa dan memperluas penawaran produknya dalam berbagai jenis produk, dan dengan SAP Business One, perusahaan merasa memiliki kekuatan untuk mewujudkan tujuan perusahaan tersebut dengan sukses.


Evaluasi

Untuk dapat mengembangkan bisnisnya dan menghadapi tantangan yang ada, perusahaan Java Jati telah mengadopsi suatu produk ERP yang ditawarkan oleh SAP dengan tipe paket SAP Business One. Dimana paket Business One ini merupakan produk dari SAP untuk perusahaan kecil dan menengah yang dapat selesai diimplementasikan dalam waktu 1 hingga 3 bulan. Perusahaan Java Jati percaya bahwa SAP Business One akan membantu mempertajam visibilitas perusahaan dan meningkatkan daya saing perusahaan. Sehingga hal ini akan meningkatkan kepuasan pelanggan, dengan harapan mampu mempersingkat secara signifikan waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk merespon kebutuhan kustomer, meningkatkan layanan kustomer dan membangun hubungan jangka panjang yang berkesinambungan.

Perusahaan ketika berusaha untuk mengimplementasikan suatu paket ERP maka pertama yang perlu dilakukan adalah berusaha mengidentifikasikan dan merumuskan masalah serta sasaran yang akan dicapai, dimana masalah yang terjadi pada perusahaan Java Jati adalah sistem teknologi informasi yang telah terpasang sebelumnya tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan perusahaan yang telah tumbuh, dan malah melahirkan sejumlah masalah. Salah satu contohnya adalah, seringkali departemen pemasaran dan produksi tidak terintegrasi, sehingga sering memunculkan data-data yang tidak akurat. Akibat lebih jauh yang ditimbulkan dari ketidakakuratan data adalah, menyebabkan keterlambatan dalam waktu penghantaran, sehingga memunculkan berbagai keluhan dari para pelanggan. Oleh karena itu Java Jati berusaha untuk mengatasi masalah ini dengan solusi mengintegrasikan sistem informasi yang ada dengan paket ERP. Pemilihan SAP business one sebagai solusi terbaik didasari oleh kapabilitas vendor yakni SAP yang merupakan pemimpin pasar di seluruh dunia dengan penguasaan pasar lebih dari 65%.

Paket SAP business one merupakan paket ERP yang ditujukan bagi perusahaan kecil menengah, dimana hal ini sesuai dengan perusahaan Java Jati yang memiliki 500 karyawan. Kesesuaian fungsional yang dibutuhkan perusahaan merupakan salah satu aspek penting dalam mengevaluasi paket ERP, sistem yang akan dipilih harus sesuai dengan proses bisnisnya, fitur MRP yang dapat mengintegrasikan antara produksi, pengadaan dan manajemen inventory, sesuai dengan proses bisnis Java Jati yang merupakan perusahaan manufaktur furniture, mengingat aktivitas dalam rantai pasok tidak dapat dikelola secara sendiri-sendiri karena terdapat ketergantungan antara satu dengan lainnya dimana penjadwalan proses produksi sangat tergantung pada penyediaan material dan perencanaan pembelian bahan baku, sehingga keterlambatan akan menyebabkan layanan terhadap kustomer tidak maksimal.

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah aspek perubahan yang terjadi pada perusahaan Java Jati sebagai konsekuensi dari implementasi sistem yang baru. Perubahan dapat terjadi meliputi perubahan aliran informasi, pengetahuan, kultur dan tugas, dimana setiap keputusan ERP yang diambil akan menyebabkan perubahan teknik bisnis yang akan mempengaruhi sebagian besar karyawan. Perlu diingat bahwa teknologi informasi yang baru ini akan digunakan oleh seluruh karyawan perusahaan, sehingga perusahaan perlu untuk memperhatikan aspek perubahan ini dengan seksama. Sosialisasi awal perlu dilaksanakan untuk membangun ”awareness” dari para karyawan sehingga mereka tidak ”shock” akan perubahan yang akan terjadi, perusahaan perlu menyediakan program-program pelatihan baik formal maupun informal, dimana untuk pelatihan formal dapat dilakukan dengan menjadwalkan pelatihan-pelatihan yang wajib diikuti oleh karyawan dengan format web based virtual training, computer based training, video course, self study books, dan pop up help screens, serta untuk pelatihan informal dapat dilaksanakan dengan membuat media-media informasi seperti news letter, bulletin, mailling list ataupun dapat dengan ”story telling” kepada sesama karyawan mengenai cara-cara penggunaan sistem informasi yang baru serta kendala-kendala yang dihadapi oleh karyawan tersebut.

Peran aktif para pimpinan manajemen dari Perusahaan Java Jati ini juga mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesuksesan implementasi dari sistem ERP tersebut, perusahaan seharusnya membuat sebuah tim yang terdiri dari orang-orang yang mempunyai reputasi dan integritas pada bidangnya dan didukung oleh pimpinan puncak yang memiliki akses dan pengaruh yang kuat di perusahaan sehingga dapat menjaga agar proyek implementasi tetap berjalan pada jalurnya. Tim yang ideal sebaiknya melibatkan user, spesialis teknologi informasi dari dalam perusahaan, orang-orang yang dapat bekerja sama dengan berbagai grup yang berbeda, dan orang yang memahami proses bisnis dengan baik. Jangan dilupakan kendali atas dukungan vendor dan jasa konsultasi implementasi ERP yang harus selalu dijaga dan diperhatikan oleh pihak internal perusahaan agar implementasi SAP business one dapat berjalan dengan baik.

Secara umum terdapat tiga faktor kritis utama yang perlu diperhatikan baik bagi perusahaan Java Jati maupun perusahaan lain pada umumnya, dalam mencapai keberhasilan implementasi ERP pada sebuah perusahaan:

  • Dukungan manajemen

  • Keterlibatan user

  • Sasaran proyek yang jelas.

Pada dasarnya IT harus menghasilkan sesuatu yang strategis (cause & driver) untuk kemajuan bisnis dari perusahaan, dimana penggunaan IT diharapkan dapat menangkap peluang-peluang bisnis yang ada yang ada yang dapat membawa perusahaan merengkuh keunggulan kompetitif. Setiap pemimpin perusahaan harus dapat menyikapi secara bijak penggunaan IT dengan tidak terlalu mempentingkan aspek teknologi dengan mencari solusi yang terbaru, terbaik dan termahal dengan berorientasi keuntungan jangka pendek tanpa mengidahkan keuntungan-keuntungan jangka panjang. Perlu diingat bahwa penggunaan teknologi yang canggih, terbaru, dan terbaik tidak akan berarti apa-apa bila tidak didukung oleh elemen manusia (people) yang baik serta proses bisnis yang merupakan komponen utama dari sistem informasi di perusahaan.


Minggu, 28 Oktober 2007

Fashionista Leadership.....!

Beberapa minggu yang lalu “my closest girlfriend” cerita kepada saya mengenai masalah di tempatnya bekerja, F.Y.I “SF” (so her name, is currently working as a deputy manager in the fashion industry in Jakarta). “SF’ dan manajer nya (so I called her “A”) mempunyai perbedaan yang signifikan dalam hal gaya kepemimpinan untuk memimpin “fashion Boutique” di salah satu mall baru di Jakarta.

“SF” percaya bahwa untuk memimpin dibutuhkan pendekatan personal, memperlakukan bawahannya “as her colleague”, melakukan kegiatan menempuh dengan cara-cara lembut, halus, simpatik, interaksi timbal balik, melakukan ajakan (memberikan instruksi dengan meminta tolong dan memberikan arahan dengan contoh) , menghargai pendapat, memperhatikan perasaan, membina hubungan serasi, sedangkan hal yang berbeda dilakukan oleh “A” yang lebih percaya bahwa instruksi langsung dengan bersikap otoriter serta melakukan kegiatan tersebut dengan cara-cara “tegas” (so what “A” said), keras, sepihak, mengutamakan penyelesaian tugas, melakukan pengarahan dan pengawasan ketat. Dari tindakan dan perilaku yang disebutkan diatas telihat bahwa “SF” menggunakan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada orang (people oriented), sedangkan “A” menggunakan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada tugas (task oriented).

Masalah mulai muncul ketika banyak bawahannya yang tidak menyukai gaya kepemimpinan “A”, mereka menilai bahwa “A” sangat keras dan tegas dan tidak menghargai mereka “as human being” (Brand manager told “SF” and “A” the employee survey result-red). Hal ini memunculkan friksi diantara “A” dan bawahannya sehingga banyak dari mereka menghindari untuk bekerja pada “shift” dimana “A” bertugas, dan lebih memilih untuk bekerja pada saat “SF” bertugas. (adanya pergantian shift untuk “manager on duty”-red). Hal ini diketahui oleh “A” sehingga ia memaksakan “SF” untuk berlaku dan bertindak seperti dirinya (task oriented), dengan beralasan bahwa “SF’ tidak tegas kepada bawahannya dan ini akan berdampak buruk bagi kinerja mereka. “SF” merasa dia tidak perlu mengubah gaya kepemimpinannya karena dia percaya bahwa gaya kepemimpinan tersebut sudah merupakan hal yang tepat, ini dikarenakan banyak bawahannya yang suka dan puas bila bekerja dibawah arahan “SF”.

Apa yang harus dilakukan??

Gaya kepemimpinan yang dipilih oleh seseorang kadang kala merupakan pertimbangan yang sangat terkait dengan hati nurani, hal ini terlihat bahwa “SF” dan “A” tidak ingin merubahnya dan berketetapan hati bahwa hal itu merupakan yang terbaik. Sebenarnya gaya kepemimpinan yang dibutuhkan oleh setiap perusahaan adalah gaya kepemimpinan yang efektif dimana gaya kepemimpinan efektif yang dimaksud adalah kepemimpinan yang berorientasikan pada; (1) perilaku pemimpin, (2) pengikut, (3) dan antar hubungan, untuk pencapaian tujuan. Terdapat dua variabel utama dari perilaku yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan yaitu; (1) perilaku dengan orientasi tugas (task oriented), dan (2) perilaku dengan orientasi orang (people oriented). Perilaku gaya kepemimpinan merupakan cara-cara berinteraksi seorang pemimpin dalam melakukan kegiatan pekerjaan dimana gaya bersikap dan gaya bertindak akan nampak dari cara-cara pemimpin tersebut pada saat melakukan pekerjaan (cara memberikan perintah, cara memberikan tugas, cara berkomunikasi, cara membuat keputusan, dan sebagainya). Apabila pemimpin melakukan kegiatan tersebut menempuh dengan cara-cara tegas, keras, sepihak, mengutamakan penyelesaian tugas, melakukan pengarahan dan pengawasan ketat, maka gaya kepemimpinan seperti itu cenderung disebut gaya kepemimpinan berorientasi pada tugas (task oriented).
Sebaliknya apabila pemimpin melakukan kegiatan menempuh dengan cara-cara lembut, halus, simpatik, interaksi timbal balik, melakukan ajakan, menghargai pendapat, memperhatikan perasaan, membina hubungan serasi, maka gaya kepemimpinan ini cenderung disebut gaya kepemimpinan yang berorientasi pada orang (people oriented).

Sedangkan untuk gaya kepemimpinan efektif setiap manajer atau pemimpin harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Tinggi perhatian terhadap tugas (concern for job).
2. Tinggi perhatian terhadap orang (concern for people).
3. Melibatkan bawahan secara aktif.
4. Menggunakan manajemen partisipatif.
5. Produktivitas perusahaan meningkat.
6. Kepuasaan kerja karyawan meningkat.


Idealnya adalah “SF” dan “A” dapat memahami perbedaan tersebut dan berusaha beradaptasi dan sama-sama belajar mencoba untuk memadukan gaya kepemimpinan mereka dimana mereka akan berusaha untuk saling memberikan “feedback” dan “reflecting” berusaha untuk saling menyadari dan mengatasi kelemahan masing-masing, dan menggunakan gaya kepemimpinan yang situasional dimana :

  • Gaya directing: arahan tinggi namun support rendah, gaya mirip otoriter, instruksi langsung, biasanya digunakan untuk para pegawai baru, satpam, atau orang-orang yang memang pekerjaannya memerlukan instruksi langsung.
  • Gaya coaching: arahan dan support tinggi, telah ada diskusi, tapi masih perlu monitoring lebih ketat.
  • Gaya supporting: arahan rendah namun support tinggi,, artinya bawahan telah mampu, serta telah mengerti tugasnya. (Untuk para staff biasanya digunakan gaya coaching dan supporting)
  • Gaya delegating: adalah benar-benar memberi kepercayaan penuh pada orang yang dipimpinannya, gaya ini cocok digunakan untuk bawahan pada level staf yang sudah senior, yang tanpa perlu diperintah atau dimonitor telah mampu mengerjakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab.


Gaya kepemimpinan yang digunakan sangat dipengaruhi , oleh: 1) tingkat pendidikan karyawan, 2) tujuan pekerjaan, mendesak apa tidak, atau berupa konseptual atau operasional. Dengan demikian gaya kepemimpinan bisa berubah-ubah disesuaikan dengan situasinya dan memadukannya dengan komitmen dan keinginan untuk selalu belajar serta beradaptasi, selalu berimprovisasi dalam menerapkan gaya manajemennya yang pada akhirnya membentuk suatu gaya kepemimpinan yang efektif. Mungkin inilah yang dilihat oleh “brand manager” perusahaan tersebut sehingga menempatkan dua variabel gaya kepemimpinan yang efektif yang dipunyai oleh dua orang yang berbeda dalam satu toko, sehingga diharapkan mereka dapat saling belajar dan dapat meningkatkan produktivitas toko dan tercipta sinergi diantara mereka.

Ketika manajer sudah memilih gaya manajemen kepemimpinan tertentu maka keberhasilannya dapat diukur dari berbagai segi antara lain yaitu:

· Keberhasilan karyawan dan kelompoknya dalam mencapai tujuan organisasi,

· Kepuasan maksimum di kalangan karyawan,

· Derajat konflik horisontal dan vertikal yang relatif kecil,

· Perputaran (masuk-keluarnya) karyawan di antara kelompok pada periode tertentu yang relatif rendah,

· Tingkat ketidakhadiran karyawan yang relatif rendah,

· Produktivitas kerja karyawan meningkat.


Senin, 15 Oktober 2007

Lebaran Unique!


Akhirnya lebaran telah kita lewati, liburan bersama keluarga,
makan-makanan yang bersanten telah kita lakukan, kue-kue telah kita
habiskan, Tuntas! Semoga kita mendapatkan kemenangan yang kita
damba-dambakan, menjadi manusia yang terhapuskan dari dosa-dosa,
semoga, AMIN!
Pada Idul Fitri kali ini kembali terjadi adanya perbedaan persepsi
mengenai hari dan tanggal dilaksanakan sholat Idul Fitri, pemerintah
menetapkan hari sabtu tanggal 13 oktober 2007 sedangkan Mr. Dien
Syamsudin dengan Muhammadiyah- nya menetapkan tanggal 12 oktober 2007
yang bertepatan pada hari jumat. Berkaitan dengan perbedaan tersebut
"For me it doesn't matter" menurut saya perbedaan persepsi merupakan
hal yang wajar, setiap orang pasti mempunyai perbedaan-perbedaan , akan
tetapi ternyata hal ini ternyata dapat memberikan dampak yang buruk
bagi keutuhan dan integritas bangsa Indonesia.
Saya mempunyai sedikit pengalaman menarik mengenai sholat ied yang
dilakukan pada hari jumat di blok s Jakarta, ketika itu sholat
dilakukan tanpa adanya panitia, tanpa ada loud speaker, serta belum
adanya kejelasan mengenai siapa yang akan menjadi imam dan khatib atau
penceramah, saya beserta orang-orang yang lain (jama'ah) menunggu
sampai jam 7.40 untuk baru dapat melaksanakan sholat ied, dan yang
lucu nya lagi penceramah dan imam dari sholat ied tersebut baru
ditentukan tepat sebelum sholat tersebut dilaksanakan, dan kita
melakukan sholat berjama'ah di lapangan bola yang luas tanpa adanya
"loud speaker and we did it in old fashioned style just like bilal did
in the old days jaman jahilliyah
, when we tried to shout each other to
let them know" dan yang paling "keren" adalah ketika penceramah
berusaha untuk memberikan ceramah tanpa loud speaker dan berusaha
teriak skuat tenaganya dan melakukan gerakan-gerakan yang atraktif
seperti melompat-lompat dan menunjukan telunjuk jarinya seperti apa
yang dilakukan bung karno dulu, dan para jama'ah berusaha untuk lebih
mendekat ke mimbar penceramah untuk dapat mendengar lebih jelas. "what
a great experience"

Tapi ternyata ada sebagian orang kesal dan tidak puas dengan keadaan
tersebut dan mulai berteriak2 menyalahkan pemerintah, sampai ada ibu2
yang marah-marah sama polisi yang bertugas menjaga keamanan di tempat
tersebut, "then i started to think," "kok pak polisi nya dimarahin kan
dia sudah baik2 menjaga keamanan disitu malahan sekalian merangkap
tukang parkir segala heheh hebat kan pak polisi (untuk kali ini salut
deh ;P). Untungnya provokasi yang dilakukan oleh oknum2 yang kesal
dengan pemerintah tidak berlanjut kerusuhan besar, cuma ada satu oknum
laki2 muda seumuran saya, "i think" tapi bukan saya lho ;p, mengambil
batu dan memecahkan kaca ruangan pengelola lapangan Blok S tersebut,
"then i started to think again" wah sholatnya ied aja sunnah kok bukan
wajib tapi reaksi nya sampai mecahin kaca segala ya?? wah di hari
kemenangan ini ternodai oleh pecahan kaca nafsu amarah" hahaha tapi
untungnya lagi (penulis orang jogja jadi banyak untungnya-red- ) banyak
orang yang kemudian mencegah bukannya ikut-ikutan rusuh, dan untungnya
lagi tidak terjadi kerusuhan besar, dan sekali lagi untungnya adalah
saya mendapatkan pengalaman yang unik dan menarik hehehe.
Semoga di lebaran-lebaran yang akan datang perbedaan tersebut dapat
diketemukan dan disatukan demi kepentingan bersama, bangsa Indonesia.
AMIN!

Jumat, 14 September 2007

Global Warming

Untuk dapat menanggulangi dampak pemanasan global diperlukan suatu keperdulian bersama yang menyangkut keterlibatan diantara pihak-pihak yang terkait (stakeholder). Sektor industri atau pelaku bisnis mempunyai peran tersendiri dan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pemanasan global di Indonesia, dalam Handbook of Indonesia's Energy Economy Statistics 2005 jelas terlihat bahwa dari empat besar penyebab emisi karbondioksida, perusahaan menyumbang tiga yang teratas, yaitu industri, pembangkit listrik dan transportasi, baru kemudian di bawahnya rumah tangga. Penelitian terbaru Bullis dan Ie (2007) menemukan hanya 46,4% perusahaan energi yang pernah menyebutkan kata kunci 'lingkungan' dalam laporan mereka, di antara mereka yang menyebutkan pun 28,2%-nya memperlakukan lingkungan sebagai isu sekunder dan di Indonesia hampir bisa dipastikan jauh sekali di bawahnya, karena kepedulian lingkungan termasuk inisiatif CSR (corporate social responsibility) belumlah menjadi isu utama. Untuk itu diperlukan suatu komitmen yang jelas diantara pemerintah, masyarakat, pelaku-pelaku bisnis untuk dapat menanggulangi pemanasan global.

Waage dan Stewart (2006) sudah menyatakan perlunya corporate climate strategy atau strategi perusahaan menghadapi perubahan iklim bagi perusahaan yang benar-benar mau menjalankan CSR-nya dalam isu pemanasan global. Dalam strategi tersebut termuat seluruh hal yang mungkin dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi dampak atas perubahan iklim, atau bahkan membuat dampak bersih positif.

Untuk dapat mengurangi dampak atas perubahan iklim dan mengatasi pemanasan global maka menurut saya cara-cara yang perlu dilakukan diantara nya adalah :

  • Sosialisasi secara intensif kepada ”stakeholder” yakni masyarakat, pemerintah, dan perusahaan-perusahaan, mengenai kampanye pemanasan global dan usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi pemanasan global. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan roadshow di seluruh provinsi di Indonesia tentang pemanasan global, ataupun dengan cara melakukan advertensi-advertensi di media cetak, televisi, radio, internet dan propaganda-propaganda pemanasan global, sehingga tercipta suatu komitmen yang berkesinambungan diantara para ”stakeholder”.

  • Membuat suatu sistem pelaporan dan pengukuran mengenai dampak iklim maupun lingkungan yang ditimbulkan bagi perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia.

  • Adanya evaluasi dan pengukuran efesiensi bagi penggunaan energi yang dilakukan oleh aktifitas-aktifitas bisnis perusahaan. Ini mencakup efisiensi energi dalam operasi perusahaan, perkantoran, serta transportasi pekerja.

  • Adanya kebijakan-kebijakan yang ketat serta pemberian hukuman bagi setiap pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan baik BUMN maupun pihak swasta yang berkaitan dengan pemanasan global dan usaha-usahan yang terkait didalamnya.

  • Membuat suatu pelaporan kinerja dari perusahaan tersebut mengenai dampak iklim dan lingkungan yang ditimbulkan oleh perusahaan yang dapat dibaca atau diakses oleh masyarakat secara mudah, sehingga masyarakat dapat dijadikan sebagai ”watch dog” bagi perusahaan-perusahaan dan aktifitas-aktifitasnya. Seperti pembuatan ”Environmental Website” yang dibuat oleh pemerintah dan masyarakat dapat memberikan ”feedback” secara langsung dengan memberikan komentar dalam website tersebut mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh setiap perusahaan yang lokasi nya berdekatan dengan lingkungan masyarakat tersebut.

  • Melakukan carbon offset. Revegetasi, sebagaimana yang dilakukan kelompok usaha Bakrie adalah salah satu cara melakukan carbon offset. Perusahaan yang mengetahui persis jumlah emisinya, lewat perhitungan sendiri atau verifikasi oleh pihak ketiga, bisa membayar semacam pajak karbon untuk setiap ton emisinya.

  • Kampanye atau propaganda kepada masyarakat untuk ”reduce energy, reduce water, and reduce waste”.